Perspektif Optimis Masa Depan Masyarakat Terbuka Indonesia

Abisena Ahmadi Suryo
4 min readDec 14, 2020
Ilustrasi masyarakat modern masa depan dari film animasi karya Steve Cutts

Masyarakat tak khayalnya sebuah ekosistem tanpa artian biologis, yaitu tatanan yang terdiri dari Individu, komunitas, dan populasi yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Esensi dari masyarakat melekat pada cara warganya membentuk kesatuan yang efektif dan harmonis. Dalam kehidupan masyarakat modern di abad dua puluh satu yang dinamis, konsep masyarakat terbuka dianggap menjadi tolak ukur ideal bagi kelangsungan hidup populasinya.

Definisi masyarakat terbuka sendiri adalah masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menjunjung tinggi kebebasan, keterbukaan, toleransi, dan penerimaan hal-hal baru seiring perkembangan zaman. Ini selaras dengan identitas demokrasi Indonesia dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang mendambakan masyarakat humanis dan heterogen. Masyarakat terbuka merupakan gagasan populer seorang filsuf Austria, Karl Popper, dan merupakan sebuah perspektif dalam visi liberal terhadap masyarakat. Pertalian antara masyarakat terbuka dan visi liberal sangatlah kuat apabila dilihat dari tujuannya yang menitikberatkan kebebasan manusia dan hak-hak sipil.

Bertentangan dengan tujuan masyarakat terbuka itu sendiri, beberapa orang di Indonesia masih memandang sinis apapun yang berkaitan dengan paham liberalis. Liberalisme kerap ditakuti, dicemasi, dan dicurigai terutama dalam pandangan mayoritas masyarakat Indonesia yang konservatif dan relijius. Umumnya bagi mereka, paham liberal yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat akan menciptakan sistem sosial dan gaya hidup yang terlalu bebas dan terlewat batas. Menariknya, batas-batas sosial tidak bisa dijelaskan dan diuraikan secara rinci atau disamaratakan karena batasan sosial bukanlah sesuatu yang konkrit dan tetap. Akar budaya konservatif dalam kemasyarakatan sehari-hari amatlah kental di Indonesia. Mereka telah diajarkan untuk menjadi bangga dengan identitas dan tradisi leluhur dan berharap untuk menurunkan budaya nenek moyang ke anak-cucunya, sehingga konsep-konsep baru yang bertentangan dengan kepercayaan dan tradisi mereka akan dianggap sebagai ancaman.

Dalam beberapa tahun kedepan, nampaknya negara kita masih harus menampung jumlah besar konservatif dan liberalis dalam satu lingkup sosial. Segala permasalahan yang disebabkan oleh polaritas pun masih tetap akan muncul dan menyebabkan masalah-masalah baru. Penggunaan eksesif media sosial ikut memperparah kondisi polarisasi kemasyarakatan dengan artificial intellegence-nya (Mark Zuckerberg pernah didakwa karena facebook terbukti memecah belah kelompok dengan mempersonalisasikan konten dan menyebarluaskan misinformasi berskala besar demi keuntungan perusahaan. Hal yang sama telah dilakukan perusahaan raksasa teknologi lainnya). Dalam situasi ini, muncul satu pertanyaan: bagaimana kita bisa hidup berdampingan dengan polaritas yang nyata dan tetap mengalami kemajuan sebagai masyarakat?

Perwujudan masyarakat terbuka berarti menekankan suatu perubahan, dan seperti biasanya, tidak semua kalangan bisa menerima dan beradaptasi dengannya. Perubahan. Kata yang seakan memaksa, keras, dan tajam, namun biasanya pelaksanaannya akan mengubah hal apapun menjadi lebih baik. Menjadi bagian dari masyarakat terbuka dalam peradaban modern tidak selamanya berarti menggerus tradisi dan budaya leluhur. Di sinilah tujuan dan misi perwujudan masyarakat terbuka perlu ditekankan.

Hakikat masyarakat terbuka adalah menciptakan lingkungan kemasyarakatan yang aman dan sefleksibel mungkin agar kelangsungan hidup yang progresif bisa dilaksanakan. Namun begitu, menghapus budaya, identitas, dan tradisi masyarakat bukanlah termasuk agenda dalam penciptaan masyarakat modern yang terbuka. Jika lingkup masyarakat terbuka sudah tercipta dan dijalankan, niscaya akan ada perubahan signifikan dalam segi ekonomi, sosial, dan politik suatu masyarakat. Di suatu perkampungan modern di Tangerang Selatan tempat saya tinggal terdapat banyak komoditi penjual yang menjual dagangannya di penjuru sudut dengan gerobak dagangan dan terpal terjuntai di pinggir jalan. Mereka adalah penghuni kasta terbawah sistem ekonomi kapitalis yang hidupnya bergantung pada perilaku konsumtif kaum kelas bawah kapitalis lainnya. Ada peluang besar jika mereka bertransformasi dengan menggandeng pedagang lain dan mengekspansikan sistem penjualan mereka dengan kesatuan label dagang yang terpandang dan terintegrasi.

Dengan itu, para penjual ini tidak perlu lagi menggantungkan penghasilannya terhadap arus perdagangan skala kecil yang harus beroperasi di bawah tekanan eksistensi perusahaan-perusahaan besar. Sejak fenomena pandemi kembali mampir ke ranah bumi, banyak pedagang baru yang menjual dagangannya melalui internet dan media sosial. Langkah ini mujarab bagi para perintis untuk menghasilkan uang terutama untuk kelas menengah kebawah yang kesulitan menaikkan derajat ekonominya dan rentan masuk dalam dunia kerja perbudakan modern. Kelahiran usaha-usaha kecil baru haruslah dipantau karena diperkirakan jumlahnya akan terus bertambah dan berpotensi mengundang economical traffic congestion yang menyebabkan kebingungan konsumen lantaran membludaknya pilihan-pilihan dalam gaya hidup konsumtif. Dalam situasi ini, perusahaan besar akan tetap menjadi primadona sementara usaha kecil akan semakin tergerus. Langkah revolusioner perlu diciptakan guna memajukan ekonomi rakyat kecil. Dengan sikap inovatif dan dinamislah masyarakat terbuka dapat menciptakan solusi masalah di masa depan. Masyarakat terbuka menuntut warganya untuk berperan aktif dalam menangani suatu masalah dengan membicarakan dan mendiskusikannya serta beradaptasi dengan perubahan zaman dengan menggandeng sesama.

Penerapan konsep masyarakat terbuka juga akan membuka ruang untuk membahas isu-isu penting di masa depan seperti krisis iklim, pengalihan bahan pokok pangan, ketersediaan lahan tempat tinggal, dan kualitas udara. Karena masyarakat modern yang terbuka adalah kumpulan individu yang tahu pasti perannya dalam masyarakat. Mereka terdiri dari orang berprivilese yang menggunakan hak-hak istimewanya dengan benar dan membantu menyetarakan komunitas, serta minoritas yang terus berprogres dengan cara inovatif. Keharmonisan dalam bermasyarakat pun akan tercipta jika kelas sosial dan ekonomi serta pandangan politik dikesampingkan demi tujuan bersama.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Abisena Ahmadi Suryo
Abisena Ahmadi Suryo

Written by Abisena Ahmadi Suryo

downright plastic bag who creates while drifting through the wind

No responses yet

Write a response