Harimau Gila

Abisena Ahmadi Suryo
6 min readJun 25, 2021

Harimau tidak seharusnya dikurung dalam tembok tinggi. Terlebih dijebak bersama orang-orang yang tidak membiarkannya bahagia. Sepertinya ini dia. Pintu dari . “Aku adalah tamu, namun aku akan mengacaukan kandang harimau ini. Karena tidak ada hukum yang membela hak harimau di rumah ini, apalagi harimau yang kehilangan kewarasannya.” ucap si orang Jahat kepada dirinya sendiri. Penjahat yang bebas dan hidup tanpa hukuman, berdiri di depan sebuah pintu kamar kayu yang dicat hitam, tersenyum sendiri atas ide licik yang sedang ia persiapkan.

Sebuah stereo berputar dan memainkan lagu saat peristiwa ini terjadi. Being Alive karya Stephen Sondheim.

Somebody hold me too close

somebody hurt me too deep

Somebody sit in my chair

to ruin my sleep

Aku akan meringsek masuk ke ruangannya, aku punya mau yang jelas. Walaupun ia tidak mau membuka pintu, aku akan menjadi anarkis. Kata anarkis hanya berlaku pada harimau, bukan aku si anak emas. Mereka akan tetap membelaku.” si penjahat bergumam dan meyakinkan dirinya.

“Tau apa seekor harimau yang mengurung diri di ruangan bawah tanah tanpa pernah menghirup udara segar?

“Pokoknya semua salahmu, dasar harimau gila.”

Mereka mengklaim ingin menghentikan ‘kebakaran’ yang kerap terjadi. Tapi bagaimana bisa kebakaran akan berhenti kalau si penyulut api dibiarkan berkeliaran bebas, sementara si asap yang disalahkan? Si harimau hanya bereaksi pada hal yang mengganggunya, namun ialah yang dicap pengganggu.

Dalam perjanjian cacat seperti itu, permintaan maaf hanya akan menguntungkan si penyulut api, bukan asap yang berkali-kali menjadi korban.

Pantas si Harimau mengelak dan merasa tak adil, jadi ia menggeram lebih keras. Namun tentu saja, geramannya itu yang diambil penjahat sebagai bukti bahwa si harimau itu gila. Siksaan demi siksaan dengan dalih membela diri dari harimau gila yang tak berdaya.

someone you have to let in

someone who's feeling you spare

someone who, like it or not

will want you to share

a little a lot

and make me aware

of being alive

“Lupakan saja!”

“Kita waras kok, dia yang enggak waras.”

Harimau berkata “aku tau akan seperti apa in berakhir, tolong keluar dari ruanganku!.” Tapi yang keluar hanya suara geraman, dan si penjahat tidak mengerti dan tidak berniat untuk mencari tahu.

“Dalam lubuk pikiran terdalamku, aku juga tahu bahwa aku menyakitimu. Tetapi aku tidak punya alasan untuk berhenti menyakitimu kalau tidak ada hukum di rumah ini untukku. Bergeramlah sesukamu, harimau gila! tak akan ada yang menolongmu! memang jahat tapi kalau menjahatimu itu semua orang disini juga akan setuju. Kamu pantas dijahati, harimau gila.

“Kalau kamu mau bilang aku orang jahat, aku hanya akan mengelak dan pura-pura terluka akan gigitanmu.” Lalu si penjahat pun menjatuhkan diri ke lantai kayu, memasang muka melas, dan meminta tolong. Air mata menetes di wajah buruk rupanya.

“Aku tidak peduli

lalu si penjahat mengetok pintu ruangan si Harimau beratus-ratus kali, memaksa masuk. Harimau tau seberapa brutal dan tak terkendali si penjahat ini, ia akan tetap disalahkan.

somebody pull me up short

and put you through hell

and give me support

of being alive

Harimau yang tak bertaring, tak berbahaya sama sekali, mungkin dia tidak berbahaya. Kudengar-dengar, mereka semua masih sedarah. tapi orang-orang sekitarnya suka meli

Bagaimana cara orang bisa, memaksanya memaafkan si pendosa. Membawa pasukanpasukan yang tidak tau apa-apa. Yang hanya hadir ketika lidahku berteriak, hanya untuk memanggilku gila.

Seberapa egois seseorang untuk bisa meringsek ruangan orang dan membuat ribut tanpa rasa bersalah, seberapa insensitif para keluarga di ru,ah yang melihat seekor harimmau disiksa dn ditekan tanpa membantunya, tanpa iba. Seberapa narsistik suatu kelompok orang yan masih menganggap dirinya suci, waras, dan baik setelah melakukan apapapun yang ia lakukan, tak sepeduli berapa kali mereka menyangkal semua tuduhan.

make me confused….

mock me with praise….

let me be used….

vary my days….

harimau yang dulu lucu sekrang menjadi galak. Siapa yang membuatnya jadi

Tak apa masuk ke kandang harimau, karena meskipun aku mengganggu harimau, kalau harimau itu menyerang, aku yang tetap akan diselamatkan. Harmau selalu salah walau dia hanya melindungi diri.

Harimau gila tau apa? yang ia tau hanya makan dan tidur. Erangan dan geraman si harimau terasa sangat sakit bagi si penjahat, walau ia tak mengerti apapun maksud si Harimau.

Someone to crowd you with love
Someone to force you to care
Someone to make you come through
Who’ll always be there
As frightened as you
Of being alive
Being alive
Being alive
Being alive

Si penjahat hanya tau bahwa ia akan membunuh harimau itu. Mungkin dia sengaja. Tidak mungkin dia begitu tanpa sengaja menyakiti sang tuan rumah ruangan, kan?

Dia tahu dia menapakan kaki di dalam ruangan yang bukan punyanya. Dengan arogan dan berani mengganggu si harimau gila yang ingin tidur. Memanggilnya pemalas, gendut, tidak berguna.

Nampaknya si penjahat

Setiap gerakan kaki si harimau gila dianggapnya arogan, setiap hentakan buntut panjangnya diangap meledek. Sementara si penjahat justru melontarkan kata-kata menghardik tepat di depan pintu si harimau.

“Pergilah dari sini, kau sengaja membuatku marah!”geram si Harimau gila, namun si penjahat tetap berdiri dengan dada yang terisi oksigen hingga penuh, membuat volumenya besar dan s penjahat terkesan superiour. Dia tahu dia superior dan andal, setidaknya dalam melakukan kejahatan mengganggu harimau gila.

“Aku suka mengganggu harimau gila lalu pura-pura menyuruhnya berhenti menggeram, Aku suka merusak reputasi harimau gila, satu gigit dua gigit tak apalah, yang penting aku tidak merugi, yang merugi hanyalah si harimau gila brengsek yang tak berdaya ini. Egoku puas, dan orang lain di rumah kecil ini akan tetap membelaku tak peduli berapa kali aku menyiksa si harimau ini, mungkin mereka sebenarnya ingin menyiksa si harimau juga, jadi akilah pawangnya, mereka akan ikut aba-aba dariku untuk menyerang si harimau gila ini.”

Tidak ada yang menentang orang yang berpura-pura, yang suka main hakim sendiri, karena semua orang di rumah ini sedang berpura-pura; pura-pura tersakiti, pura-pura melindungi si harimau walau kebenarannya mereka ingin menyiksanya sampai mati, bersekutu di dalam kebohongan -kebohongan dan pembualan yang mereka sodorkan pada diri sendiri dan orang sekitar rumah, namun harimau tidak pernah diajak.

Mungkin saja mereka bisa menggorok leherku sambil membela diri bahwa mereka hanya memijat leherku, mungkin saja mereka bisa merontokkan seluruh bulu dan taringku, lalu berkata “hanya bercanda’” pikir si harimau gila. Ketidakadilan dan ketidaksadaran orang di rumah si harimau gila lah yang mebuatnya gila. Namun, tidak ada alasan yang cukup diterima bagi harimau yang terlanjur gila.

“Kamu bukan masalah di keluarga ini, aku tak berniat mengganggumu.” Ucap si penjahat selagi menggedor-gedor pintu si Harimau gila dan berbasa-basi.

“Harimau gila ini hanya tak mau keluar kamar, hanya beberapa kali saja bersama temanya, makanya jadi ganas.”

“Tak tahukah kamu betapa dangkal kolam depan teras dengan otakmu

Disitulah saat penjahat 2 dan 3 beraksi dan keluar dari sarangnya, melindungi penjahat lainnya yang ia anggap sedang dalam bahaya. Penjahat 2 tidak bergeming sebelumnya, si Harimau gila menganggap ia sedang terlelap, ia tidak terbangun saat si Harimau Gila diganggu dan mengerang ketakutan, tetapi ia bergegas keluar dari kamar ketika si penjahat 1 mengerang.

Ia tuli terhadap erangan harimau.

Harimau akan menggeram dan menggenggam pensil lalu bercerita pada dunia lewat kertasnya. Jadi bahan tertawaan para penjahat yang selalu berhasil karena diberhasilkan penjahat lain. Bukan hanya berhasil kabur, namun berhasil menghapus rasa buruk setiap melakukan kejahatan sampai-sampai berbuat jahat terasa seperti berbuat baik.

Jika orang memandang mereka bercengkerama dan bertengkar, yang menjadi sorotan hanyalah cakaran si harimau dan gerangan serta aumannya yang membisingkan. Segala yang ia lakukan adalah kejam, sementara si penjahat berhasil kabur dari sorotan mata para penonton lalu tertawa terbahak-bahak setelah panggung sandiwara di dalam kamar harimau gila sudah dibereskan.

Satu kalimat tanya terakhir yang diujarkan si penjahat kepada harimau ketika hari sudah larut, mata harimau sudah sembab, bulu-bulunya rontok, dan si penjahat telah menuntaskan misinya:

“Kau ini memang tidak mau menerima maafku ya?” Ujar penjahat 1 dengan senyum jahatnya selagi harimau gila memutuskan keluar dari kamarnya. Penjahat dua cekikikan, berpikir betapa enaknya mengganggu harimau di kala ia merasa penat, ada rasa candu menyiksa makhluk tak berdaya tanpa mengakuinya, tanpa dihakimi. Mereka tau bahwa hal ini akan terjadi lagi di masa yang akan datang, dan mereka tidak sabar untuk mengganggu harimau gila lagi.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Abisena Ahmadi Suryo
Abisena Ahmadi Suryo

Written by Abisena Ahmadi Suryo

downright plastic bag who creates while drifting through the wind

No responses yet

Write a response