Golongan Ikan di Laut: Transformasi Kearifan Lokal Dalam Lingkup Virtual

Abisena Ahmadi Suryo
4 min readJul 28, 2021

--

Golongan Ikan di Laut: Transformasi Kearifan Lokal Dalam Lingkup Virtual

Dalam sebuah eksistensi ekosistem masyarakat, akan terjadi pengelompokkan alami yang membentuk berbagai kelompok individual yang berisi orang-orang yang berinteraksi dengan satu sama lain. Mereka disatukan oleh wilayah, minat, dan koneksi antar manusia. Inilah yang akan membentuk suatu pola partikular yang membentuk suatu kearifan lokal.

Selama beberapa abad dalam sejarah peradaban manusia, fenomena ini hanya bisa terjadi dalam lingkup dunia nyata. Namun dalam beberapa dekade terakhir, kecanggihan teknologi menyanggupi dan akhirnya memaksa kita berinteraksi dalam lingkup virtual melalui jejaring yang masyarakat abad ke -21 sebut dengan internet. Internet menyediakan fasilitas yang tak terbatas, salah satunya menghubungkan kita dengan orang lain. Dalam hal ini, internet melakukannya dengan cara mempertemukan orang-orang demgan minat yang sama, misalnya melalui komunitas internet, maupun melalui logaritma internet yang memang mempunyai tendensi untuk menghubungkan orang dengan kepribadian yang sama.

Tercatat terdapat 4,66 juta pengguna internet di dunia tahun 2021 ini, statistik jumlah ini tumbuh dua kali lipat dari 1,97 juta pengguna internet pada tahun 2010. Dengan perkembangan yang pesat, media internet adalah media yang lebih dari cukup bagi terciptanya sebuah sistem interaksi masif untuk menciptakan posibilitas terjadinya kearifan lokal berupa nilai-nilai yang terjadi dalam interaksi lingkup internet tersebut.

Seiring pertumbuhan internet, nampaknya definisi kearifan lokal di masa modern juga menjadi semakin kabur. Makna kearifan lokal telah berganti dan sifatnya menjadi dinamis daripada statis. Kearifan lokal zaman modern berbentuk segenap nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di tengah peradaban manusia modern, dan hal ini bisa disaksikan dimanapun golongan masyarakat berada dan saling berinteraksi, termasuk di internet.

Dalam suasana pandemi ini, banyak tempat yang ditutup untuk mengurangi penyebaran virus melalui kontak manusia. Terlihat terutama di Ibukota Jakarta, sejumlah mall yang biasanya ramai dikunjungi berbagai kalangan kini menutup pintunya rapat-rapat. Kemanakah masyarakat Indonesia jika tak ada kegiatan di luar rumah? Ya, mereka berinteraksi di internet.

Pengguna internet Indonesia yang melampaui 200 juta pengguna membuat ekosistem internet negara ini menjadi salah satu yang paling ramai di dunia. Lantas, nilai-nilai apakah yang telah terbentuk dalam keramaian pengguna internet di Indonesia?

Salah satu bentuk interaksi masyarakat yang terjadi pada masa pandemi ini adalah gotong royong yang dilakukan secara virtual. Banyak orang mengalami kesusahan dalam menyambung kehidupan saat masa pandemi, hal ini mengundang empati masyarakat Indonesia untuk saling membantu satu sama lain melalui internet. Dengan bermodalkan postingan di media sosial, orang-orang yang membutuhkan dapat segera ditolong. Bentuk pertolongan ini mulai dari donasi makanan, pakaian, informasi jadwal dan ruang rumah sakit, sembako, donor darah, hingga uang bagi para korban yang terkena dampak isolasi penanganan COVID 19. Ini adalah salah satu bentuk kearifan lokal modern dengan peran internet yang vital. Hal ini terjadi berulang-ulang dan menjadi salah satu faktor Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan versi Charities Aid Foundation (CAF).

Dalam skenario yang jauh berbeda, netizen Indonesia juga pernah dinobatkan sebagai negara pengguna internet paling tidak sopan di dunia oleh Microsoft karena kebiasaan-kebiasaan negatif di internet yang sering dilakukan segelintir pengguna internet di Indonesia yang dilakukan secara signifikan. Contohnya pada sidang PBB September 2020, Indonesia menghadapi sedikit pertentangan dengan negara Vanuatu tentang kondisi di Papua. Berita ini ramai di tanah air dan membuat masyarakat geram. Hasilnya, ucapan kebencian dan rasis pun diilontarkan netizen Indonesia ke berbagai media sosial perwakilan turisme VaVanuatu

Peristiwa serupa sangat sering terjadi sehingga efek domino dalam interaksi negatif internet ini malah semakin sering dijumpai. Di Indonesia, semangat nasionalisme yang terlalu narsistik serta egoisme dan agresifitas dalam bermedia sosial sudah terlalu dinormalisasi, hal ini akhirnya berdampak pada bentuk interaksi di dunia nyata.

Lalu satu pertanyaan pun muncul ke permukaan: bagaimana kebiasaan negatif ini bisa terjadi dalam perilaku masyarakat Indonesia di internet? Penyebabnya jelas, masyarakat Indonesia masih belum mengenal etika dalam lingkungan internet dan berinteraksi secara sehat dengan orang. Mereka melihat internet sebagai hal yang terpisah dari kenyataan, maka dari itu, mereka melakukan hal anarkis dengan anggapan bahwa mereka merasa memiliki kehendak dan kebebasan di dunia maya.

Jadi, bagaimana bentuk kearifan lokal ideal dalam lingkup virtual? Laut adalah interpretasi metaforis terbaik yang dapat menggambarkan kedalaman dan keluasan Internet sebagai dunia virtual modern kebanggaan kita ini. Dengan keberagaman bioma dan ikan-ikan yang merepresentasikan berbagai macam web dan macam-macam pengguna internet melakukan kegiatan menyelam di kedalaman internet yang lebih luas daripada laut itu sendiri.

Beginilah masa depan nilai-nilai karakter kearifan lokal terbentuk di masa sekarang dan masa yang akan datang, karena nyatanya kehidupan manusia sudah terlalu terpaku kepada interaksi di dunia nyata dan virtual, kita wajib untuk menjalankan peran baik di dunia nyata dan dunia virtual ini. Maka dari itu, nilai-nilai, tata krama, dan kegiatan yang dilakukan masyarakat di internet menjadi sama pentingnya dengan apa yang kita lakukan di dunia nyata.

Segala bentuk interaksi antar manusia di internet adalah bentuk interpretasi dari golongan dan identitas masyarakat itu sendiri sebagai bentuk kearifan lokal modern. Adalah kewajiban kita semua membangun etika dan sifat bergotong royong serta menjauhi sikap tercemooh di internet bagi terbentuknya kearifan lokal modern di dunia virtual yang sehat dan terkendali.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Abisena Ahmadi Suryo
Abisena Ahmadi Suryo

Written by Abisena Ahmadi Suryo

downright plastic bag who creates while drifting through the wind

No responses yet

Write a response